Monday, July 27, 2009

Dibalik Strategi Rekrutmen Anggota Teroris di Indonesia (Noordin)

Mayoritas masyarakat sibuk bertanya-tanya, sedih, simpati, bingung dan marah terhadap apa yang baru-baru ini terjadi di Mega Kuningan Jakarta 17 Juli 2009 lalu.
Kok bisa ya noordin M Top (NMT) merekrut orang lagi? Kok ada saja yang mau membela dia sampai mati dan memperjuangkan misi Noordin? Apa mereka tidak punya hati mengebom warga? Tidak punya perasaan dan peri kemanusiaan melihat korban berjatuhan? Dan macam-macam lagi pertanyaan yang menurut kita tidak masuk akal.

Rekrutmen itulah yang selalu dipertanyakan. Coba saja kalau tidak ada orang yang mau direkrut, tentunya tidak akan ada lagi aksi-aksi pengeboman. Nah, kali ini kita akan membahas tentang bagaimana strategi para teroris ini merekrut anggotanya supaya mau melekukan aksi-aksi bom bunuh diri.

Semangat Besar
Kelompok ini menerima orang yang direkomendasi dari anggotanya sendiri yang sudah bisa dipercaya. Mereka tidak mendekati dan merekrut orang yang baru dikenal di pinggir jalan. Sebagai contoh para pelaku bom bunuh diri Bom Bali 2002, Iqbal dikenalkan oleh kelompok Imam Samudra di Serang, sedangkan Isa dikenalkan oleh Dul Matin. Pada bom Hotel JW Marriot Jakarta 2003, Asmar Latin Sani diperkenalkan oleh Mohammad Rais, begitu juga pelaku-pelaku bom bunuh diri lainnya.

Jaringan ini dibangun oleh pengikut Noordin untuk kepentingan dia tanpa nama kelompok yang tetap. Proses seleksi dimulai dari informasi para pengikutnya tentang teman-teman mereka yang dapat dipercaya guna membantu gerakan. Pilihan dijatuhkan pada orang-orang yang mempunyai semangat besar. Dan bagi mereka yang menolak atau ragu pasti tidak akan didekati lagi dan bakal kehilangan jejak Noordin, tak berbekas.
Dari sekian orang yang ditemui atau direkomendasi pasti ada satu atau dua orang yang bersedia menjadi pelindung, pembantu, pencari dana, dan menjadi calon "pengantin" sebutan untuk pelaku bom bunuh diri.

Faktor Pendukung
Ada beberapa faktor pendukungatau berpotensi mendukung perekrutan Noordin antara lain isu global tentang penderitaan umat Islam bermula dari bumi Palestina, Afghanistan, Iraq, Pattani, Fillipina, dan belahan bumi lainnya yang mengalami konflik dengan pihak bukan Islam.
Isu penyerangan pasukan Amerika Serikat menjadi topik utama pembicaraan kelompok Noordin. Dengan isu ini seseorang dibakar emosinya, dibangkitkan rasa solidaritasnya begitu mendalam dan semangat perjuangan membela nasib umat Islam di mana saja.

Faktor lain adalah pemberian pangkat atau anugerah oleh tokoh muslim kepada para pelaku bom dengan predikat mujahid. Walaupun tokoh-tokoh muslim itu menyatakan tidak mendukung dan tidak setuju aksi bom dengan mengatakan mereka salah sasaran, namun titel mujahid yang diberikan kepada pelaku bom (termasuk Noordin) adalah sebuah penghormatan istimewa yang dipandang mulia oleh sebagian pemuda.

Akibatnya, ketika mereka berkesempatan bertemu Noordin, respons pertama adalah terkagum-kagum dengan seorang yang disebut sebagai mujahid. Terlebih lagi setelah melihat Noordin yang sederhana dan banyak melakukan ibadah, sehingga barangkali bisa berkesimpulan sepertinya tidak mungkin Noordin berbuat kesalahan.
Faktor ini berpotensi menambah pendukung Noordin secara tidak langsung. Faktor lain yang membuat nama Noordin semakin berkibar dan membuat pendukungnya tak akan menyerahkannya ke aparat kepolisian karena sikap mereka yang atni kepada pemerintah RI, dan meyakini negeri ini kafir di bawah bayang-bayang Amerika Serikat.

Meskipun sebagian pendukung dan pelindung Noordin tidak menyukai cara-cara kekerasan seperti pengeboman, namun mereka tetap bersimpati dan tidak akan menyerahkannya ke polisi. Sebab bagi mereka menyerahkan Noordin sama saja menyerahkan saudaranya kepada musuh Islam.

Janji-janji surga sesudah mati dalam perjuangan adalah keyakinan yang menjadi faktor akhir, sebagai pelengkap dan penggembira untuk para "pejuang", keindahan surga serta kenikmatannya sebagai pemenang hati.
Noordin memiliki talenta diplomasi dan mempengaruhi. Dia juga kharismatik dan bicaranya membuat orang yang sepaham dengannya terpesona. Ketegasannya menambah semangat para pengikutnya siap berkorban jiwa, harta dan meninggalkan keluarga mereka. Selama ikan masih di dalam air, selama itu dia masih bisa hidup.

Dan kesimpulannya adalah :
" Hanya hati yang melihat dari sisi kemanusiaan yang dapat menolak kejahatan dan pemikiran para pelaku bom atas warga sipil, wanita dan anak-anak serta orang-orang yang tidak mengerti permasalahan permusuhan dan kebencian di pikiran para pelaku bom. Maka dari itu mari kita jaga hati kita, agar tidak ada lagi calon-calon yang mau melakukan perbuatan yang tidak menjunjung tinggi kemanusiaan." wallahu'alam

Penulis : Nasir Abas yang merupakan mantan anggota jamaah islamiyah
Di edit oleh : dwon
 

Copyright © 2009 by tips trick computer and internet